SUKSES GELARAN PENTAS PRODUKSI-2 TEATER EMBUN


Lensa Teater - Pentas produksi yang digelar oleh Teater Embun SMKN 3 Malang pada Sabtu (24/03/18) lalu menuai sukses. Dalam gelaran itu mereka menyajikan dua pertunjukan teater dan satu pertunjukan musik. Dan satu hal penting dalam produksi kali ini yang patut diapresiasi adalah seluruh proses produksi pementasan ini mereka garap secara mandiri. Mulai dari menejemen produksi sampai wilayah artistik.

Kali pertama pentas produksi mereka pada 2017 tahun lalu, mereka masih patungan, mengumpulkan uang kas dengan rutin dan meminjam sejumlah uang pada beberapa teman untuk biaya produksi. Didampingi oleh sang pelatih, mereka menggarap dua sajian pentas. Usaha mereka menuai sukses baik secara pertunjukan maupun menejemen. Hingga mereka bisa menyimpan dana hasil pentas untuk proses selanjutnya.

Jika tahun lalu pertunjukan mereka digarap oleh sang pelatih, tahun ini keberhasilan mereka makin meningkat dengan menggarap sepenuhnya pentas produksi mereka. Dua pertunjukan teater mereka, masing-masing berjudul Halte dan Baru Klinting mereka garap sendiri. Halte disutradarai oleh Muhammad Naufal, sementara Baru Klinting disutradari oleh Rara Novita Dewi. Keduanya berasal dari kelas XI Tata Boga. Selain itu pada pentas produksi kedua ini mereka juga menyajikan Embun Musik yang digarap oleh Andika Krisna dari kelas XI TKJ.

Sukses mereka ulang. Sebagai sebuah pertunjukan, sajian mereka berhasil menghibur penonton dengan gelak tawa beruntun yang memenuhi aula sekolah. Apalagi mereka tak luput menempatkan kritik dan nilai-nilai pendidikan pakerti dalam sajiannya. Boleh disebut mereka berhasil menyampaikan pesan-pesan itu dengan menyenangkan.

Penonton bisa tertawa bahagia juga bisa tercenung--menyadari kondisi di sekitarnya--merefleksi diri tanpa harus merasa dituding atau digurui.

Usai pentas, entah bagaimana, ketika lagu Endank Soekamti, Sampai Jumpa, dimainkan beberapa anak usai pentas itu, mereka serta-merta berkumpul ke atas panggung. Membentuk sebuah lingkaran yang hampir memenuhi seisi panggung. Kemudian menggemakan suara diantara air mata mereka yang menetes.

Seolah mereka telah membangun hubungan emosional ini dengan begitu kuat. Proses-proses yang mereka alami begitu meleburkan dan mengikat mereka satu sama lain. Baik dengan komunitas teater meraka, sesama anggota, maupun dengan dunia teater itu sendiri.

"Sebagian anak-anak itu sudah nggak bisa ikut proses lagi. Mereka yang sudah kelas XII harus fokus pelajaran dan ujian, Mas." Kata Izzul Mutho, pelatih mereka. "Sebagian lagi yang masih kelas XI sudah harus bersiap mengurangi proses. Siap-siap masuk kelas XII soalnya." Lanjut Mas Izzul.

Di lain kesempatan, Angel, Pimpinan Produksi Pentas tersebut menjelaskan, "Kita memang bekerja keras untuk pentas kemarin, kita juga sudah banyak melewati rintangan selama berproses, jadi mungkin itu sebagai rasa bahagianya Embun bisa berhasil mementaskan pentas produksi kedua kami.”

Keberhasilan tersebut tak lepas dari proses yang dilakukan oleh Izzul Mutho. Selama dua tahun ini ia menjadi pelatih dan membimbing mereka dalam melakukan proses-proses latihan teater. Tak jarang anak-anak itu menganggap bimbingan dari pelatihnya sangat keras. Sikap tersebut memang sengaja diambil agar anak-anak itu terbiasa, tahan banting dan tidak mudah menyerah.

Meski begitu, nyatanya pilihan yang Izzul ambil mampu membangun kekuatan mereka. Proses-proses yang dilakukan mampu menyatukan Ikatan emosional mereka.

“Kalau di Embun, kita sering manggil Pak Ijul itu 'Ayah Ijul'. Karena memang sosok beliau yang keras tapi penuh kasih sayang seperti seorang bapak. Pak Ijul itu orangnya tegas, trus juga suka membiarkan kita bereksplorasi dengan proses-proses Embun. Pak Ijul juga suka berorganisasi, jadi ketika ada evaluasi atau yang lainnya, Pak Ijul lebih suka membicarakannya bersama-sama." Ungkap Angel.

HB/NW

You Might Also Like

0 comments