MENULIS NASKAH DRAMA

Naskah drama merupakan karya sastra yang berisi cerita tentang suatu peristiwa. Sama seperti cerpen maupun novel. Bedanya, kalau cerpen atau novel ditulis dalam bentuk naratif dan memenuhi seluruh halaman dari kiri ke kanan. Di sisi lain, naskah drama ditulis dalam dialog antartokoh dan anotasi (penjelasan) lakuan tokoh.
Lalu bagaimana langkah-langkah praktis dalam menulis naskah drama? Berikut ini urutannya.

1. Tentukan ide cerita
Ide cerita merupakan gambaran cerita secara umum. Pada dasarnya, ide cerita berupa sebuah konflik. Bukankah setiap cerita berisi konflik? Kalau tidak ada konflik, maka bisa dipastikan cerita itu akan membosankan. Ide cerita bisa didapatkan dari kehidupan sehari-hari, cerpen, novel, cerita rakyat, film, dan sebagainya. Misalnya, tentang siswa baru di kelas yang sering dijahili oleh teman-temannya. Atau menyadur dari karya sastra yang sudah ada, misalnya cerpen, novel, atau film. Atau mengangkat cerita rakyat yang sudah ada, misalnya dari cerita Malin Kundang, Si Kancil Mencuri Timun, Ande-ande Lumut, dsb.
Bolehkah mengambil ide cerita dari karya yang sudah ada seperti cerpen atau film? Boleh-boleh saja. Banyak penulis besar yang belajar menulis dengan cara menyadur atau terinspirasi dari karya yang sudah ada. Yang penting dalam menyadur adalah tetap menjaga kode etik dalam berkarya.
Untuk membantu menggali ide dalam membuat cerita, Anda dapat menggunakan “Instrumen Penggali Ide” yang terdapat pada lampiran 1.

2. Membuat plot cerita Plot (alur) cerita merupakan peta atau cetak biru sebuah karya. Setelah menentukan ide cerita, langkah selanjutnya adalah membuat urut-urutan cerita. Nantinya urut-urutan cerita ini bisa berkembang menjadi dialog-dialog antartokoh dan sebagainya.
Yang perlu diperhatikan saat membuat plot adalah tangga dramatik cerita. Tangga dramatik ini merupakan tahapan-tahapan dalam cerita mulai dari permulaan, menuju konflik, hingga ending.
Sebenarnya ada banyak teori tangga dramatik yang ada. Namun, yang paling populer dan sering digunakan sebagai pedoman adalah tangga dramatik versi Hudson. Menurut Hudson (Wiliiam Henry Hudson) seperti yang dikutip oleh Yapi Tambayong dalam buku Dasar-dasar Dramaturgi (1982), plot dramatik tersusun menurut apa yang dinamakan dengan garis laku. Garis laku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gb.43 Skema Hudson

Garis laku lakon dalam skema ini juga melalaui bagian-bagian tertentu yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

   a. Eksposisi
Saat memperkenalkan dan membeberkan materi-materi yang relevan dalam lakon tersebut. Materi-materi ini termasuk karakter-karakter yang ada, dimana terjadinya peristiwa tersebut, peristiwa apa yang sedang dihadapi oleh karakterkarakter yang ada dan lain-lain.
   b. Insiden Permulaan
Mulai teridentifikasi insiden-insiden yang memicu konflik, baik yang dimunculkan oleh tokoh utama maupun tokoh pembantu.
   c. Pertumbuhan Laku
Pada bagian ini merupakan tindak lanjut dari insiden-insiden yang teridentifikasi tersebut. Konflik-konflik yang terjadi antara karakter-karakter semakin menanjak, dan semakin mengalami komplikasi yang ruwet. Jalan keluar dari konflik tersebut terasa samar-samar dan tak menentu.
   d. Krisis atau Titik Balik
Krisis adalah keadaan dimana lakon berhenti pada satu titik yang sangat menegangkan atau menggelikan sehingga emosi penonton tidak bisa apa-apa. Bagi Hudson, klimaks adalah tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik balik, dan bukan titik balik itu sendiri. Sedangkan titik balik sudah menunjukan suatu peleraian dimana emosi lakon maupun emosipenonton sudah mulai menurun.
   e. Penyelesaian atau Penurunan Laku
Penyelesaian atau denoument yaitu bagian lakon yang merupakan tingkat penurunan emosi dan jalan keluar dari konflik tersebut sudah menemukan jalan keluarnya.
   f. Catastroph
Semua konflik yang terjadi dalam sebuah lakon bisa diakhiri, baik itu akhir sesuatu yang membahagiakan maupun akhir sesuatu yang menyedihkan.
Salah satu contoh bentuk rangkaian plot dapat Anda lihat dalam lampiran 2.

3. Mulai menulis
Yup, semua sudah tersedia! Tinggal menuliskannya saja. Tuliskan saja apa yang terpikir pertama kali di kepala. Jangan khawatar salah. Ada waktu untuk merevisi. Yang penting sekarang tuliskan saja berdasarkan sinopsis yang sudah dibuat. Adapun struktur atau bentuk lahir dari naskah drama bisa dilihat dalam materi “Struktur Lahir Naskah Drama” pada lampiran 3.

4. Revisi
Setelah selesai menulis, kini saatnya memperbaiki. Mulai dari ejaan, tanda baca, hingga masalah ide cerita (untuk masalah tata bentuk naskah drama secara lahir bisa melihat materi struktur lahir naskah drama). Cerita bisa berkembang dan berubah sesuai dengan berkembangnya pemahaman. Namun, yang harus diingat dari proses revisi adalah harus ditentukan kapan saat berhenti untuk memperbaiki. Yup, bayangkan jika sebuah karya itu tidak ada benarnya, pasti tidak akan pernah terbit atau dinikmati orang lain. Jadi tentukan batas waktu memperbaiki. Tidak masalah karya kita jelek, toh kita bisa menulis lagi yang baru dan lebih bagus.

Selamat berkarya!

Lampiran menyusul di post selanjutnya.

Alfanul Ulum
Penulis adalah Pendiri, Koordinator Pengembang SDM & Sutradara Teater Teras.








You Might Also Like

0 comments