Lensa Teater - Festival Teater tingkat
SMA/SMK/MA (FTA) Se-jawa Timur yang diselenggarakan oleh HMJ Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang baru saja usai. Kegiatan yang berlangsung
di Laboraturium Drama UM sejak Senin-Kamis (15-18\10\18) tersebut diikuti oleh
22 tim dengan total peserta mencapai 420 orang.
Berbeda dengan konsep
penyelenggaraan FTA di tahun sebelemunya, tahun ini panitia hanya membuka
pendaftaran peserta secara Daring (Dalam Jaringan). Hal tersebut dilakukan
untuk mengantisipasi kendala seperti di tahun sebelumnya yang bisa menghambat
proses pendaftaran peserta yang tersebar hampir di seluruh Jawa Timur. Langkah tersebut
disambut baik oleh sekolah-sekolah di jawa timur.
“Kami batasi Cuma
22 (peserta) karena di BBS ini kan bukan hanya (kegiatan) festival teater saja.
Jadi berhubungan dengan kekuatan panitialah. Kami menerima 22 pendaftar,
sisanya yang kami tolak itu ada 17 sekolah.” Tutur Doni, Koordinator acara
festival teater 2018.
Selain proses
pendaftaran yang berbeda dengan tahun sebelumnya, pada festival teater yang ke-22
ini panitia juga memberikan ketentuan pembatasan 10 naskah pilihan. Naskah-naskah
tersebut dipilih berdasar pada bobot naskah, tingkat kesulitan, kualitas penulis
dan penulisan. Kesepuluh naskah pilihan tersebut adalah;
1) Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noor,
2) Hah karya Putu Wijaya,
3) Matahari Di Sebuah Jalan Kecil karya Arifin
C. Noor,
4) Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan karya Puthut
Bukhori,
5) Barabah karya Motinggo Busye,
6) Kisah Cinta Dan Lain-Lain karya Arifin C.
Noor,
7) Cipoa karya Putu Wijaya,
8) Fajar Sidiq karya Emil Sanossa,
9) Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez
Quintero,
10) Sampek &
Engtay karya N. Riantiarno.
Standarisasi penyelenggaran
festival seperti ini juga menjadi salah satu poin yang disampaikan oleh Joni
Suhermanto, salah satu dewan juri FTA tahun ini, di sela-sela waktu istirahat. “Saya
kira sudah saatnya ada sebuah standarisasi penyelenggaraan festival seperti ini
agar tiap tahun ada peningkatan. Karena mau nggak mau nama FTA sudah banyak dikenal
di Jawa Timur. Agar kita juga bisa melihat sebuah pertunjukan yang memang disajikan
untuk festival, mulai dari persiapan panitia sampai peserta. Jadi bobotnya
lebih terukur dan bisa terus diupayakan peningkatan kualitas,” Ungkapnya. “Tetapi
bukan pada pembatasan kreatifitas, lo
ya! Hanya pada format teknis penyelenggaraan
dan naskah atau bahan saja. Soal pengolahan itu kreatifitas mereka.” Tegasnya kemudian.
Leo Zaini, yang
juga menjadi juri FTA tahun ini, meski sempat menyampaikan adanya penurunan
kualitas pertunjukan yang disajikan oleh peserta, namun ia sangat mengapresiasi
baik konsep dari panitia maupun sajian pertunjukan dari para peserta. Baginya konsep
tersebut sangat bagus karena parameternya penilaiannya lebih terukur. Peserta harus
dapat menyajikan pertunjukan yang lebih baik dan lebih menarik dengan bobot
naskah yang sama.
Selain pencapaian
tersebut, pelaksanaan FTA tahun ini diwarnai dengan beberapa kendala teknis. Terutama
ketika berlangsungnya pementasan peserta di hari pertama dan kedua sempat
terjadi lampu padam karena sumber arus listrik yang dimiliki tak mampu memenuh
beban daya yang dibutuhkan. Menyikapi kendala tersebut panitia berkoordinasi
dengan pihak fakultas yang kemudian menindaklanjuti dengan menghubingi pihak
sarana pra-sarana universitas untuk mengatasinya.
Beberapa peserta
mengeluhkan fasilitas sound system dari panitia yang kurang memadai. Sehingga salah
satu tim membawa peralatan sound system tambahan dalam pentas mereka. Sedang pada
ruang lighting sempat terjadi keluhan bahwa salah satu panitia di bagian
lighting justru tak mengetahui denah channel lampu. Hal tersebut sangat
mengganggu karena saat pertunjukan sudah berlangsung, salah satu panitia tersebut
baru memeriksa channel lampunya.
Bahkan pada sesi
terakhir pun banyak peserta yang mengeluh karena mereka harus menunggu selama kurang
lebih satu jam setelah mereka diersilahkan masuk untuk mengikuti sesi penutupan
dan pengumuman. Klik di sini untuk melihat hasil pengumuman.
Melihat konsistensi
penyelenggaraan FTA yang sudah berlangsung ke-22 kali sampai hari ini, juga animo
peserta yang begitu besar setidaknya FTA telah mendapat perhatian tersendiri di
hadapan peserta atau sekolah-sekolah di jawa timur. Maka tidak berlebihan jika langkah
standarisasi penyelenggaran FTA sudah waktunya untuk disusun agar dalam
penyyelenggaraan FTA di tahun selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi.
Setelah penyelenggaraan
FTA, dalam rangkaian peringatan bulan bahasa dan sastra, HMJ Sasindo Universitas Negeri Malang juga
menyelenggarakan Festival Teater Mahasiswa (FTM) yang akan diselenggarakan pada Senin-Kamis (22-25/10/18) pekan depan di tempat yang sama.
0 comments