SWAJIWANITA; Spirit Perjuangan serta Romansa Hamid Rusdi & Siti Fatimah dalam Pertunjukan Kolaborasi Tari, Teater, Bahasa Walikan


Lensa Teater - Dalam nuansa peringatan Hari Jadi Kota Malang ke -104 dan sebagai wujud penguatan komunikasi jejaring antar komunitas seniman muda di Kota Malang, Lingkung Seni Limau Ranum Kota Malang menjadi Event Organizer pertunjukan Kolaborasi Tari, Teater, Bahasa Walikan berjudul “SWAJIWANITA”. Pertunjukan dilaksanakan pada Sabtu, 5 Mei 2018 pukul 18.00 di Gedung Kesenian Gajayana Jalan Nusakambangan 19 Kota Malang. Pemprakarsa pertunjukan adalah Eka Wijayanti, Penerima Bantuan Fasilitasi Kegiatan Kesenian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018. Kegiatan ini juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Unilever Indonesia, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang.

Pertunjukan ini merupakan sebuah apresiasi dari segenap pendukung sebagai bentuk kecintaan terhadap Bumi Malangkucecwara. Pemilihan cerita terinspirasi dari semangat perjuangan dan kisah romansa pasangan Hamid Rusdi-Siti Fatimah. Meskipun latar cerita terjadi pada masa perjuangan, namun dalam penyajiannya, karya ini dikemas dalam bentuk yang kekinian.

Pertunjukan tunggal ini, memiliki durasi sekitar 90 menit. Sutradara Eka Wijayanti, menyampaikan bahwa pertunjukan ini merupakan perspektif spirit heroik dan romansa dari kisah Hamid Rusdi-Siti Fatimah. Tak sekedar menampilkan bentuk seni secara estetis, namun pertunjukan ini juga berupaya menyajikan semangat perjuangan dari sisi yang berbeda. Eka mencoba menyelami spirit perjuangan dari sisi feminis tentang bagaimana menyikapi perjuangan dengan lebih dalam, tak sekedar baku tembak atau saling menghajar. Keunikan lain dari pertunjukan ini adalah adanya upaya untuk melibatkan kecerdasan penonton dalam menangkap sentuhan dialog bahasa walikan sebagai identitas khas Malangan.

Eka Wijayanti adalah pegiat seni yang memiliki pengalaman berkarya selama 13 tahun dengan berbagai karya tari dan teater. Terakhir ia menjadi satu dari 25 peserta dari seluruh Indonesia yang lolos dalam kegiatan Workshop Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Bakti Budaya Djarum Foundation, Desember 2017 di Jakarta. Dalam Workshop ini, Eka berkesempatan menimba ilmu seni pertunjukan bersama Garin Nugroho, Nano Riantiarno, Happy Salma, Eko Supriyanto, Iswadi Pratama, dan lain-lain. Dalam workshop itulah Eka memulai tahap kreatif dengan mengusung seni pertunjukan Bahasa Walikan sebagai wujud pelestarian kekayaan kearifan lokal kota Malang.

Pertunjukan ini juga mengusung tari kontemporer sebagai salah satu unsur pendukungnya, Sandhidea selaku koreografer mengungkapkan bahwa konsep koreografi pada pertunjukan ini mencoba merespon peristiwa heroik dan romansa yang terdapat dalam kisah Hamid Rusdi dan Siti Fatimah. Respon peristiwa tersebut diwujudkan melalui eksplorasi teknik gerak kontemporer yang berbasis pada ragam gerak tradisi.

Sandhidea sendiri merupakan seorang koreografer asli Malang yang sudah memiliki pengalaman di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Jerman, Thailand, Jepang dan lain lain. Ia juga tergabung dalam kelompok seni Leine Roebana di Belanda. Meskipun demikian, ia tetap aktif menciptakan koreografi di tanah asalnya, Terakhir, ia menggarap karya tari “AnoHuman” yang disajikan dalam acara Fashion Fusion Mbatik dan Music Festival di Malang.

Musik untuk karya ini digarap oleh Komposer Muda, Noerman Rizky Alfarozy. Konsep musik yang digarap mengacu pada kebutuhan naskah, salah satunya adalah lagu Osob Kiwalan dengan lirik bahasa Malangan yang mengobarkan spirit berjuang dan kecerdasan strategi arek Malang dalam melawan penjajah. Noerman merupakan personil grup Djomblo Ensemble yang aktif berkarya di Malang. Karya-karyanya juga telah merambah luar daerah seperti Yogyakarta dan Solo. Terakhir ia bersama Djomblo Ensemble didapuk sebagai guest performerpada event Yogyakarta Gamelan Festival 2017.

Selain teater, tari dan musik, Eka Wijayanti juga melibatkan disiplin seni yang lain seperti Seni Rupa dalam sentuhan penataan artistik yang digarap oleh Zhuhkhriyan Zakaria (Jack Kalbisk), serta Seni Multimedia yang digarap oleh Momu. Kolaborasi ini bertujuan agar penyampaian esensi karya ini dapat lebih mudah diterima, dipahami, dan kemudian direnungkan sebagai refleksi kehidupan para pelaku dan penikmat Swajiwanita.

Untuk mendukung sumber cerita dari petunjukan ini, tim kreatif menghimpun data dari buku biografi Hamid Rusdi berserta beberapa catatan sejarah yang tercantum dalam buku Malang Tempo Dulu, dan juga beberapa informasi dari sumber internet.

Pertunjukan ini diharapkan dapat memberi warna bagi iklim seni pertunjukan di Kota Malang. Sehingga seni dapat dinikmati oleh semua kalangan, namun tetap memiliki nilai estetis dan menghadirkan nuansa baru bagi pengalaman penonton dalam menyaksikan pertunjukan kolaborasi.

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi : Mukhlis Riza via WA 0856 4659 8443 dan mengunjungi instragram @limau_ranum.

Malang, 23 April 2018

You Might Also Like

0 comments